Hello

Welcome To BOLD

This Awesome Blogger Template is Brought To You By Bthemez, Downoad it Now
only at bthemez.com
Let's Sociaize

Penyebab Anak Tidak Suka di Rumah

            Rumah merupakan tempat dimana berfungsinya suatu lembaga, yaitu lembaga keluarga. Apabila didalam rumah terjadi keharmonisan pada keluarga, maka akan mempermudah pengawasan, dan perlindungan pada anggota lembaga keluarga terutama anak. Dan apabila didalam rumah tidak terjadi keharmonisan pada keluarga, maka sikap apatis anak terhadap keluarga akan muncul. Hal ini menyebabkan anak tidak suka berada dirumah dan lebih memilih bermain atau kumpul sama teman-temannya, dengan alasan kurang adanya kasih sayang terhadap dirinya.
Tapi kebanyakan dari mereka tidak mengakui kalau mereka kurang kasih sayang, dan mereka kalau ditanya kenapa tidak pulang? Jawaban yang keluar adalah ‘di rumah tidak ada siapa-siapa kenapa harus pulang?’ dan ada juga yang menjawab ‘rumah tidak seasik kalian bro’. Yang maknanya sama dengan kurang adanya kasih sayang dan perhatian dari orang tuannya. Kurang kasih sayang semacam ini biasanya dialami sejak anak masih kecil. Seharusnya orang tua bisa membagi waktunya dan tau diri kalau mereka mempunyai keluarga yang butuh diperhatikan. Kebanyakan orang tua suka menyalahkan anak kalau nilai di sekolah jelek, dan dapat surat panggilan dari sekolah karena terlalu banyak pelanggaran. Sebenarnya itu bukan salah anak, tapi salah pada lembaga keluarga yang mendidiknya dalam hal sosialisasi. Kenapa? karena dalam membentuk kepribadian anak gagal disebabkan acuhnya orang tua terhadap perkembangan anak sewaktu kecil, kebanyakan dari mereka uanglah yang terpenting bagi anak dan keluarganya dan bahkan ada beberapa anak yang tidak di didik orang tuanya dengan alasan sibuk mencari uang sampai anaknya dititipkan pada jasa orang lain yang disebut baby sitter. Menurut mereka menitipkan anak pada baby sitter mengurangi beban mereka dalam pengasuhan anak. Seharusnya pada waktu anak masih kecil peran orang tua sangat penting dalam hal mendidik dan memberi kasih sayang serta perlindungan sesuai dengan fungsi lembaga keluarga. ‘Mendidik anak tidak semudah membuatnya’ kalimat yang sering diucapkan oleh pak Fachris itu memang benar sekali. Pada era globalisasi ini banyak anak remaja yang salah memilih pergaulan dan akibatnya terjadi penyimpangan sosial pada remaja. Misalnya saja anak sering tidak pulang dan lebih nongkrong sama teman-temannya yang ternyata senasib sama dia kurang adanya kasih sayang dari keluarga, kebetulan temannya pengedar narkoba dan secara tidak langsung temannya memberi masukan-masukan yang mengarah pada pemakaian narkoba yang bisa menghilangkan beban. Sudah hancurlah masa depan anak. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lembaga keluarga seharusnya berfungsi sesuai dengan fungsinya yaitu reproduksi (melanjutkan keturunan), ekonomi (memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan), sosialisasi (membentuk kepribadian anak), religius (memperkenalkan agama dan cara beribadah untuk keselamatan dunia dan akhirat), perlindungan (memberikan perlindungan secara fisik dan mental) dan afeksi (memberikan kasih sayang). Maka lembaga akan berjalan dengan seimbang dan tidak akan pernah terjadi penyimpangan sosial. Lembaga keluarga memang berperan sangat vital pada masyarakat. Dari sumber kompasiana akan memaparkan tentang penyebab dan solusinya:

KOMPAS.com - Kira-kira kenapa ya anak usia sekolah sering main di luar rumah hingga lupa waktu? Dr Weny Savitry Sembiring Psi, MSi dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta memaparkan lima alasan berikut solusinya. 

 1. Tidak punya jadwal teratur.
Anak-anak yang tidak terbiasa mempunyai jadwal sejak kecil, akhirnya cenderung menggunakan waktunya sembarangan. Kapan saja ia ingin melakukan sesuatu, langsung dilakukannya tanpa mempertimbangkan hal lain. Kalau ia masih ingin bermain, ia akan terus bermain, tidak peduli belum makan siang, belum mandi, belum mengerjakan PR dan sebagainya.
Solusi: Buat jadwal harian. Kalau ternyata belum mampu, ayah-ibunya bisa membantu membuatkan. Pulang sekolah, ganti baju, makan siang, setelah itu istirahat atau tidur sebentar. Kemudian, bangun tidur, mandi, kalau tidak ada les atau kegiatan di sekolah, boleh main 1-2 jam, setelah itu mengerjakan PR atau tugas sekolah. Jadwal yang teratur dan dilakukan terus menerus akan membuat anak terbiasa. Jangan bosan mengingatkan sekiranya ada yang dilanggar. 

2. Tidak ada kegiatan yang diminati.
Ketiadaan kegiatan atau hobi yang diminati membuat anak menghabiskan waktunya hanya untuk bermain.
Solusi: Orangtua harus jeli melihat dan mengarahkan bakat atau minat anak. Kalau anak terlihat berminat pada sepakbola atau musik, fasilitasi untuk ikut klub sepakbola atau masuk sekolah musik. Kegiatan yang terorientasi seperti ini lebih bermanfaat, minatnya tersalurkan dengan cara yang tepat.

3. Kurangnya komunikasi yang baik.
Anak-anak yang komunikasinya kurang bagus dengan orangtua memiliki kecenderungan untuk selalu bermain di luar rumah. Orangtua yang selalu menyalahkan anak, mengkritik, melarang, dan sebagainya atau orangtua yang selalu bertengkar, ini akan membuat anak merasa tidak betah, begitu ada kesempatan ke luar, ia akan menggunakannya. Bahayanya, kalau anak merasa lebih bahagia di luar rumah, ia bisa terjerumus pada pergaulan tak sehat bahkan narkoba.
Solusi: Coba lakukan pendekatan pada anak, saat santai ajak bicara mengapa ia selalu ingin bermain di luar rumah. Jadikan obrolan ini sebagai perbincangan santai, jangan menyalahkan atau menyudutkan anak. Kalau sampai tercetus ia tidak betah dengan situasi rumah, jangan langsung marah, segera introspeksi diri, lakukan perbaikan-perbaikan supaya anak kembali merasa betah. Bila perlu libatkan ahli, dalam hal ini psikolog, untuk membantu mencarikan jalan keluar. 

   4. Karakter anak mendukung.
Beberapa karakter tertentu, seperti, anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, umumnya tidak bisa disuruh diam di rumah, ia menyukai kegiatan di lapangan luas. Jadi kesannya seperti ingin selalu main di luar. 
Solusi: Pilihkan kegiatan yang bermanfaat untuk mengatasi kelebihannya itu. Seperti dengan mendaftarkannya di klub olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Jangan sampai karena orangtua tidak menyadari hal ini, yang ada setiap hari justru berantem dengan anak, karena merasa si anak terus saja bermain di luar rumah, tidak mau belajar, dan sebagainya.

5. Tidak ada teman di rumah.
Anak yang selalu sendirian di rumah, tapi tinggal di lingkungan di mana banyak anak sebaya dengannya, cenderung lebih mudah tergoda untuk bermain bersama. Setiap pulang sekolah atau sore hari ia mendengar anak-anak lain ramai bermain di luar rumah, mau tak mau ia pun ikut bermain.
Solusi: Melarang anak ke luar rumah sama sekali jelas bukan pilihan bijak. Sebaiknya berikan aturan atau batasan yang jelas, berapa lama boleh bermain, hari apa saja, kombinasikan dengan solusi lain seperti mengikutkan les atau memasukkan ke klub.
(Tabloid Nakita/Marfuah Panji Astuti)





Share this:

ABOUTME

Hi all. This is deepak from Bthemez. We're providing content for Bold site and we’ve been in internet, social media and affiliate for too long time and its my profession. We are web designer & developer living India! What can I say, we are the best..

JOIN CONVERSATION

1 komentar:

  1. Benar banget apa yang telah anda sampaikan. seringnya orang tua tidak menyadari kekurangannya sehingga lebih sering menyalahkan anak. kalau saja semua orang tuan bisa mencukupi kebutuhan anak dan memahami apa yang terbaik buat anak, saya yakin anak bisa tumbuh sesuai kemauan orang tua hammer of thor asli

    BalasHapus